Oleh : Dr. KH. Didin Sirojuddin AR.
Jangankan ayat-ayat Alquran berbaris-baris, menulis satu titiknya saja sudah berpahala. Terutama kalau ditulis dengan kaligrafi yang indah. Seperti dianjurkan oleh Ali ra:
عليك بحسن الخط فانه من مفاتيح الرزق
"Hendakny engkau memperindah kaligrafimu, kerena kaligrafi termsuk kunci- kunci rezeki".
Saat harga-harga sembako melambung (biasa mau lebaran!) Abu Nawas yang tak punya uang 1 dirham pun (sampai langit-langit dapurnya pun tak ngepul asap), mencari akal lalu dibuatnya kaligrafi besar di atas menara: الملك الرجيم yang berati (Raja terkutuk).
"Kurang asem! Memlintir fakta jadi knyataan, e maksud saya memutarbalikkan fakta!". Baginda Khalifah Harun Al-Rasyid murka bukan bikinan. " Sembako cukup ngaku ngga punya sembako. Negeri Bagdad segini makmurnyaaaa...., weleh!"
Baginda lalu memerintahkan penangkapan terhadap Abu Nawas (yang dalam lingkup Bahasa dan Sastra Arab dikenal sebagai "syairul bilath" atau "penyair istana") utk diklarifikasi, bila perlu langsung dihukum sebagai pelaku subversi ekonomi.
Tapi saat tim Baginda merecheque ke TKP, mereka justru membaca tulisan الملك الرحيم yang berarti (Raja yang pemurah). Rupanya Abu Nawas yang (lahir 145 H), sang penyair istana Bagdad kesayangan Harun Al-Rasyid itu secara diam- diam telah menghapus titik "jim sial" hingga berubah jadi huruf "ha".
Apa boleh bikin, Khalifah Abbasiyah yang dikenal pecinta ilmu itu segera mengeluarkan Keppress (keputusan pengganti resesi): "Keluarkan satu karung gandum untuk Si Abu Nawas. Abu orangnya pintar kok!"
Sableng!....Satu titik diganti sekarung gandum, asyiiiik. Boleh dicoba! (di2nSARLemka16)
==========================
Illustrasi:
- Ayahanda Ustazy Dr.KH.Didin Sirojuddin diapit dua orang muridnya saya Muhammad Assiry dan Ustazy H.Isep Misbah saat penjurian kaligrafi Nasional di Bayt Quran TMII, tgl. 7 Desember 2015
- Cerita ini dikirim Ustazy Dr.KH.Didin Sirojuddin melalui wa saya hari ini 25 Oktober 2016.
- Editor dan Pengantar cerita Muhammad Assiry.
0 komentar:
Posting Komentar