Assiry gombal mukiyo, 29 Maret 2017
Sesungguhnya perjalanan Islam di Indonesia itu sangat tergantung dari
perjuangan dakwah Wali Songo. Sejak abad 8 sudah ada pedagang Arab
Muslim yang tinggal di Indonesia,
pun sejak abad 13 banyak pedagang Cina Muslim yang menyebar di
Indonesia. Tapi mereka semua gagal merayu penduduk Indonesia untuk
memeluk Islam.
Sampai abad 16 ketika wali songo dengan akulturasi
Islamnya mulai mendapatkan simpati dari penduduk Indonesia. Mula-mula
dimulai dari Jawa, ketika Jawa sudah memeluk Islam, pulau-pulau lain pun
lambat laun mengikuti.
Islam Wali Songo adalah Islam realistis, Islam yang fleksibel terhadap kebudayaan lokal, hanya intisari Islam yang diambil, bukan dimakan beserta ampas-ampas Arabnya. Tentu ada intrik-intrik politik juga bermain dalam penyebaran agama ini, tapi sejarah menunjukkan bahwa keluwesan penyampaian ajaran Islam lah yang menentukan diterimanya Islam sebagai agama mayoritas orang Indonesia.
Puritanisasi Islam Wahabi atau bahkan radikal yang dicoba diperkenalkan di Indonesia adalah anti historis, oleh karena itu amatlah sangat disayangkan. Islam yang akrab dengan wayang, tahlilan, tembang mocopat, dan dinamika manusia Indonesia adalah bagian dari tradisi mengislamkan nusantara. Islam itu bukan Arab, dan Arab tidak selalu Islam. Filterisasi Islam dari ampas-ampas beban sejarah dan budaya yang kemudian disinergikan dengan indah oleh Walisongo dengan budaya baru adalah pemerkaya khasanah Islam dunia. Karena justru mungkin Islam adaptif akulturatif seperti itulah Islam sejati-jatinya Islam.
Islam Wali Songo adalah Islam realistis, Islam yang fleksibel terhadap kebudayaan lokal, hanya intisari Islam yang diambil, bukan dimakan beserta ampas-ampas Arabnya. Tentu ada intrik-intrik politik juga bermain dalam penyebaran agama ini, tapi sejarah menunjukkan bahwa keluwesan penyampaian ajaran Islam lah yang menentukan diterimanya Islam sebagai agama mayoritas orang Indonesia.
Puritanisasi Islam Wahabi atau bahkan radikal yang dicoba diperkenalkan di Indonesia adalah anti historis, oleh karena itu amatlah sangat disayangkan. Islam yang akrab dengan wayang, tahlilan, tembang mocopat, dan dinamika manusia Indonesia adalah bagian dari tradisi mengislamkan nusantara. Islam itu bukan Arab, dan Arab tidak selalu Islam. Filterisasi Islam dari ampas-ampas beban sejarah dan budaya yang kemudian disinergikan dengan indah oleh Walisongo dengan budaya baru adalah pemerkaya khasanah Islam dunia. Karena justru mungkin Islam adaptif akulturatif seperti itulah Islam sejati-jatinya Islam.
0 komentar:
Posting Komentar