Muhammad Assiry, 22 Juni 2017
GRC merupakan singkatan dari Glassfiber Reinforced Cement. Bahan yang
pertama kali dikenalkan di Inggris dan masuk ke Indonesia pada akhir 70-an
sampai awal 80-an ini merupakan salah satu pengembangan dari beton. Walaupun
belum terlalu umum, saat ini GRC mulai banyak digunakan di rumah tinggal. Mari
berkenalan lebih lanjut dengan bahan baru ini.
Beton yang Ringan
GRC disebut beton ringan karena bahan pembentuknya
hampir sama dengan beton biasa. baik beton biasa maupun GRC dibentuk dari
campuran semen dan pasir. “Bedanya, kalau beton biasa memiliki tulangan baja di
dalamnya, GRC menggunakan serat (glassfiber) sebagai penguatnya. Karena
penguat tersebut bahannya berupa serat, GRC menjadi lebih ringan dibandingkan
dengan beton biasa.
Selain ringan, pemakaian serat ini juga memungkinkan
GRC dibuat tipis. Akan tetapi
kekuatan GRC tidak bisa disamakan dengan kekuatan beton bertulang. GRC memang
dibuat tidak untuk mendukung beban. Saat ini GRC banyak dipakai sebagai bahan
pelapis kolom, lisplank, talang, bahkan atap yang berbentuk kubah. Harap
dicatat, atap dari GRC di sini tidak menampung beban apapun kecuali beban dari
beratnya sendiri. Sementara untuk kolom, ia hanya berfungsi sebagai “kulit”.
Dicetak Sesuai Keinginan
Salah satu keunggulan GRC adalah ia bisa dicetak
sesuai dengan keinginan pemesan. Bentuk yang sangat rumit seperti ukir-ukiran
pun mampu dihasilkan dari proses pencetakan GRC. Karena alasan inilah GRC
banyak dimanfaatkan sebagai elemen dekoratif pada sebuah bangunan.
Setelah didapat bentuk sesuai dengan yang dikehendaki,
proses pembuatan GRC bisa dimulai. Yang harus disiapkan pertama kali adalah
cetakannya. cetakan GRC ada yang terbuat dari tripleks, fiber
matt (sejenis serat), GRC itu sendiri, atau karet. Saat membuat
cetakan, terlebih dahulu dibuat model menggunakan kayu atau gipsum. Andaikan
bentuk ukiran yang diinginkan, kayu atau gipsum tadi diukir dengan tangan.
Setelah siap digunakan, pada cetakan disemprotkan
bahan baku GRC yaitu campuran semen, pasir serta serat. Adi menjelaskan,
penyemprotan semen dan pasir ini bergantian selapis demi selapis dengan serat,
agar semua bahan saling menganyam dan membentuk kesatuan yang kuat. Setelah
dicapai ketebalan yang diinginkan, penyemprotan dihentikan dan GRC dibiarkan
mengering. Cetakan bisa dilepas sesudah satu hari dan proses pembuatan GRC
benar-benar selesai setelah 3 hari.
Tanpa Perawatan
Karena bukan merupakan elemen struktural, GRC bisa
dipasang langsung pada “badan” bangunan. Cara pemasangannya ada bermacam-macam
tergantung besarnya bidang dan fungsinya. “Untuk bidang yang cukup besar,
misalnya sebagai pelapis kolom di gedung bertingkat, pemasangan GRC cukup
dengan angkur. Angkur ini dilas ke lempengan besi yang disekrupkan ke badan
kolom, Bila berupa lis yang langsung menempel pada permukaan dinding,
pemasangan GRC dilakukan dengan cara disekrup.
Andaikan bidang yang harus dipasangi GRC panjang atau
lebar, akan terbentuk sambungan atau nat. Ini karena pabrik tidak bisa
sekaligus mencetak GRC dalam ukuran yang sangat besar atau sangat panjang.
Sambungan ini biasanya disatukan dengan sealent. Sealaent yang
digunakan di sini harus yang khusus agar ketika GRC dicat, cat pada nat tidak
terkelupas.
Boleh dibilang GRC ini merupakan bahan bangunan yang
bebas perawatan. Bahan ini bisa disamakan dengan beton dalam soal keawetan dan
daya tahannya terhadap cuaca. Karena alasan inilah GRC sering digunakan sebagai
ornamen pada bagian luar gedung. GRC bahkan bisa tahan 25 sampai 30 tahun.
Bahan ini sudah
lebih dari 20 tahun dikenalkan ke Indonesia, namun sampai saat ini
penggunaannya belum terlalu meluas. mungkin harga yang relatif mahal membuat
bahan ini lebih banyak digunakan di gendung-gedung bertingkat, bangunan umum,
dan rumah-rumah mewah.
0 komentar:
Posting Komentar