Assiry gombal mukiyo, 26 Juli 2013
Seorang istri, yang bermurah hati untuk tersenyum tatkala menyambut suaminya datang, menurut Rasulullah akan diganjar kemuliaan oleh Allah setingkat pahala orang melakukan shalat tarawih.
Tentu saja itu bukan anjuran agar para istri sebaiknya tak usah bertarawih, asalkan ia selalu tersenyum kepada suaminya.
Sesungguhnya kalau kita murah senyum, pergaulan akan lebih indah, hangat dan segar. Namun demikian atas seulas senyum, sahabat-sahabat kita bisa selalu tanpa sadar menyiapkan seribu penafsiran.
Kalau sambil jalan di trotoar kita senyum terus, orang bisa menyangka kita sinting atau setengah waleng alias terkena virus edan. Kalau dalam situasi berdesakan di bis kota kita tersenyum dan pandangan mata kita mengarah ke seseorang yang hatinya sedang gundah, kita bisa ditonjok karena dia tersinggung atau merasa diejek. Jika kita senyum -senyum sendiri karena merasa ikut berbahagia ketika ternyata mantan anda sudah menikah, barangkali beberapa orang yg melihat akan menafsirkan kalu anda sedang terkena beban mental yg terdalam sehingga membuatmu terguncang secara kejiwaan.
Atau kalau sebagai wanita cantik Anda tersenyum kepada saya, lantas ternyata saya GR dan diam-diam menafsirkan bahwa senyuman Anda itu bermakna cinta atau naksir — misalnya — lantas ternyata tidak ada kelanjutan tindakan dari Anda sesuai dengan logika harapan saya; bisa jadi Anda lantas saya tuduh telah menipu sesudah memberi saya harapan.
Tapi insyaallah saya tidak akan memberikan selebaran pengumuman di terminal bus, perempatan jalan dan tmpat keramaian lainnya bahwa saya telah dikecewakan
0 komentar:
Posting Komentar