Assiry gombal mukiyo, 18 Oktober 2016
Alhamdulillah PSKQ telah berhasil melahirkan banyak juara kaligrafi dan seniman yang berkecimpung di masyarakat, baik sebagai guru atau pembina, pengusaha kaligrafi ataupun pendiri sanggar seni. Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa hampir 99 % alumni PSKQ sukses dalam prestasi maupun karir di bidang kaligrafi.
Tanpa bermaksud untuk membanggakan diri, tetapi justru inilah bagian dari rasa syukur kami yang tidak sia-sia mendirikan PSKQ Modern 10 Tahun yang silam. Dari prestasi Santri/Alumni PSKQ Kudus yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dalam berbagai ajang perlombaan kaligrafi, baik tingkat propinsi, nasional, ASEAN hingga Internasional, juga karir yang mereka geluti di bidang kaligrafi.
Ahmad Rifai adalah Santri pertama PSKQ Modern atau angkatan 2007- 2009. Tahun 2010 sampai 2011 ia ikut terlibat langsung dengan ikut bergabung dengan CV. Assiry Art sebagai langkah awal bagi dasar untuk langkah dan pengembangan karier kaligrafi Rifa'i kedepan.
Banyak prestasi yang diraihnya, diantaranya: Juara 1 kaligrafi SELEKNAS cab. naskah tingkat Prop. Jateng 2010. Juara 1 kaligrafi cab. Naskah tingkat .prop Jateng 2012. Pendiri GALLERY SURYA KALIGRAFI di Lampung th.2010 dan pendiri Sanggar Rifai Art sejak 2012 hingga saat ini yang terletak di Desa Undaan Kidul, Undaan Kudus, Jawa Tengah.
Kondisi perkaligrafian di Jawa Tengah yang layu dan bisa dikatakan jauh dari berkembang. Bahkan perlombaan dan MTQ Kaligrafi di Jateng ysng betul -betul sedang "sakaratul maut". Membuat para Peserta lomba kaligrafipun cenderung tidak semangat nengikuti Lomba MTQ di Jawa Tengah. Ketika mereka ditanya kenapa ndak ikut Lomba Kaligrafi ? Mereka menjawab "Ah ndak ikut ah, males. lha wong lomba kaligrafi tingkat Propinsi Jateng Hadiahnya cuma 500 rb".
Jawaban yang sangat menyisakan keprihatinan yang mendalam bagi para kader Kaligrafi di Jateng. Bahkan perkembangan Kaligrafi di Jateng bisa juga disebut "koma" artinya maju tidak mundurpun juga tidak. Ini karena Pemerintah Jawa Tengah khususnya LPTQ kurang nemperhatikan para Kaligrafer dan penggiat Seni Kaligrafi di Jateng sehingga membuat banyak kader binaan Kaligrafi PSKQ Modern terjun bebas dan fokus mendirikan Sanggar Kaligrafi dengan melayani Jasa Kaligrafi diberbagai Masjid dan media lainnya.
Bahkan saya sering mengeluarkan pernyataan untuk tidak usah terlalu berharap banyak dengan LPTQ Jateng, karena percuma dan sia-sia. Mendingan kita fokus bagaimana dengan kaligrafi itu bisa menjadi sebaik -baiknya penghasilan yang memberkahi ( khairu maksabi) dan bahkan bisa lebih dari itu.
"Ora patheen jika Pembinaan kaligrafi di Jateng tidak pernah ada sama sekali, meskipun pembinaan -pembinaan tahfidh, tilawah dan lainnya terus dan rutin diadakan, bahkan terus diseminarkan dibeberapa daerah di Jawa Tengah". Begitu saya menghibur dan membesarkan hati para kader Kaligrafi Jawa Tengah yang semakin hari semakin kurus badannya karena memikirkan hal itu.
Saya yakin bahwa Peserta Lomba Kaligrafi dimanapun berada mereka tidak berniat mencari uang sebagai hadiahnya. Tapi "mbok ya" hadiahnya minimal pantas untuk mengapresiasi dan memberikan semangat agar bisa lebih berkembang. Ini kan ironi dan menyedihkan. Mengingat Prop.Banten, Jakarta, Jabar, dan seluruh Propinsi di Indonesia memberikan bonus Haji atau umrah bagi yang berhasil juara 1 dalam lomba kaligrafi dan cabang lainnya. Cuma Jateng saja yang loyo.
Tetapi bisa jadi karena LPTQ Jateng ingin para Peserta lomba kaligrafi dan cabang lainnya bisa menjadi kader yang "ikhlas", ikhlas dalam bermusabaqoh tanpa harus berfikir sedikitpun tentang uang dan dunia. Jika memang inilah yang dikehendaki LPTQ Jateng untuk para peserta MTQ Jawa Tengah berarti LPTQ Jawa Tengah betul - betul mulia hatinya.
Sangat realistis memang, setiap Santri dan Kader PSKQ Modern berhak memilih apakah fokus belajar dengan hanya mengikuti event lomba kaligrafi atau memilih berbisnis dan mendirikan sanggar agar dapurnya tetap bisa "ngebul".
Inilah yang juga dilakukan oleh Sdr. Ahmad Rifai. Tidak mudah melewati pahitnya belajar hingga berhasil seperti sekarang ini. Sukses menaburkan ombak kaligrafi di Indonesia. Meskipun Rifai terbilang "Anak Singkong" atau anak "ndeso". Tetapi hal itu justru membuat ia semakin semangat dengan kesuksesan yang diraihnya saat ini.
Sejak di Pskq Modern Kudus Jateng, Rifai begitu panggilan akrabnya, memilih jalan yang mungkin kontoversi. Disaat semua remaja seusianya bekerja di proyek bangunan, atau kuliyah ia justru fokus mendalami Kaligrafi di PSKQ Modern. Saya bahkan menggratiskan seluruhnya beaya SPP, dan pendaftaran khusus untuk Santri-Santri PSKQ Modern yang berasal dari Kudus juga memberikan fasilias makan dan lainnya kepada Rifai dan lainnya yang berasal dari Kudus. Bukan tanpa alasan, Ini saya lakukan untuk terus mengkader calon -calon Seniman Muslim yang asli dari Kudus, karena mengingat banyak Santri PSKQ Modern yang justru berasal dari luar Jawa Tengah.
Meskipun saat itu saya hanya pengangguran hanya mengandalkan sebagai Guru Kaligrafi, belum terjun dan berbisnis melayani jasa kaligrafi diseluruh Indonesia seperti saat sekarang ini. Masa -masa yang sangat sulit secara ekonomi bagi saya dimana saya harus "mikirin" bagaimana Santri bisa belajar dengan ringan dengan memberikan fasilas secara gratis. Tentunya ini tidak lepas dari perjuangan keras saya dan dorongan dari Ummi Anik Ardiani yang luar biasa, ibu dari anak saya Divani Bilqyz dan Sulthan Katiby Al Hakim. Perjuangan yang semoga tanpa pamrih. Tentu hanya Allah yang tahu.
Harus saya bayar dengan mahal untuk bisa mengkader, menelurkan bibit -bibit dan tunas -tunas Kaligrafer dan Seniman baru. Semuanya terbayar sudah dengan berhasil mencetak mereka para Santri dan Kader PSKQ Modern dan hanya bisa bangga dan mensyukuri semuanya sebagai nikmat dan karunia Allah semata. Mereka sukses dengan profesinya sebagai Seniman Kaligrafi Islam dan Pengusaha Kaligrafi.
Rifai melakukan gebrakan -gebrakan karya kaligrafi dengan mengolah konsep kaligrafi dekorasi Masjid dengan gaya klasik dan modern dengan memadukan konsep batik dan kadang juga mengawinkan konsep -konsep Seni Rupa Modern. Karya -karyanya khas, berkarakter dan kembut warnanya selembut kepribadiannya.
Banyak karya -karya Kaligrafinya yang menghiasi Masjid dan Musholla di Indonesia, mulai dari Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan dan lainnya. Ratusan karya lukisan dan cenderamata kaligrafi dikoleksi banyak orang dari pejabat dan lainnya.
Tidak berlebihan jika saya menyebut Desa Undaan sebagai "Kampung Kaligrafi Indonesia". Selain berdiri PSKQ Modern juga banyak kader dan Santri Alumni PSKQ yang mendirikan sanggar-sanggar kaligrafi dengan berprinsip "fastabiqu al khairaat".
Bukan bersaing, bukan untuk bisa disebut unggul, tetapi Sanggar -sanggar yang ada menjadi saling asah, asih dan asuh dan makin terus menebarkan virus-virus kemanfaatan di nusantara ini.
Semoga debur ombak kaligrafimu terus meliuk -liuk dan menari -nari indah dimanapun berada Mas Rifa'i, Amiiiin.
Alhamdulillah PSKQ telah berhasil melahirkan banyak juara kaligrafi dan seniman yang berkecimpung di masyarakat, baik sebagai guru atau pembina, pengusaha kaligrafi ataupun pendiri sanggar seni. Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa hampir 99 % alumni PSKQ sukses dalam prestasi maupun karir di bidang kaligrafi.
Tanpa bermaksud untuk membanggakan diri, tetapi justru inilah bagian dari rasa syukur kami yang tidak sia-sia mendirikan PSKQ Modern 10 Tahun yang silam. Dari prestasi Santri/Alumni PSKQ Kudus yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dalam berbagai ajang perlombaan kaligrafi, baik tingkat propinsi, nasional, ASEAN hingga Internasional, juga karir yang mereka geluti di bidang kaligrafi.
Ahmad Rifai adalah Santri pertama PSKQ Modern atau angkatan 2007- 2009. Tahun 2010 sampai 2011 ia ikut terlibat langsung dengan ikut bergabung dengan CV. Assiry Art sebagai langkah awal bagi dasar untuk langkah dan pengembangan karier kaligrafi Rifa'i kedepan.
Banyak prestasi yang diraihnya, diantaranya: Juara 1 kaligrafi SELEKNAS cab. naskah tingkat Prop. Jateng 2010. Juara 1 kaligrafi cab. Naskah tingkat .prop Jateng 2012. Pendiri GALLERY SURYA KALIGRAFI di Lampung th.2010 dan pendiri Sanggar Rifai Art sejak 2012 hingga saat ini yang terletak di Desa Undaan Kidul, Undaan Kudus, Jawa Tengah.
Kondisi perkaligrafian di Jawa Tengah yang layu dan bisa dikatakan jauh dari berkembang. Bahkan perlombaan dan MTQ Kaligrafi di Jateng ysng betul -betul sedang "sakaratul maut". Membuat para Peserta lomba kaligrafipun cenderung tidak semangat nengikuti Lomba MTQ di Jawa Tengah. Ketika mereka ditanya kenapa ndak ikut Lomba Kaligrafi ? Mereka menjawab "Ah ndak ikut ah, males. lha wong lomba kaligrafi tingkat Propinsi Jateng Hadiahnya cuma 500 rb".
Jawaban yang sangat menyisakan keprihatinan yang mendalam bagi para kader Kaligrafi di Jateng. Bahkan perkembangan Kaligrafi di Jateng bisa juga disebut "koma" artinya maju tidak mundurpun juga tidak. Ini karena Pemerintah Jawa Tengah khususnya LPTQ kurang nemperhatikan para Kaligrafer dan penggiat Seni Kaligrafi di Jateng sehingga membuat banyak kader binaan Kaligrafi PSKQ Modern terjun bebas dan fokus mendirikan Sanggar Kaligrafi dengan melayani Jasa Kaligrafi diberbagai Masjid dan media lainnya.
Bahkan saya sering mengeluarkan pernyataan untuk tidak usah terlalu berharap banyak dengan LPTQ Jateng, karena percuma dan sia-sia. Mendingan kita fokus bagaimana dengan kaligrafi itu bisa menjadi sebaik -baiknya penghasilan yang memberkahi ( khairu maksabi) dan bahkan bisa lebih dari itu.
"Ora patheen jika Pembinaan kaligrafi di Jateng tidak pernah ada sama sekali, meskipun pembinaan -pembinaan tahfidh, tilawah dan lainnya terus dan rutin diadakan, bahkan terus diseminarkan dibeberapa daerah di Jawa Tengah". Begitu saya menghibur dan membesarkan hati para kader Kaligrafi Jawa Tengah yang semakin hari semakin kurus badannya karena memikirkan hal itu.
Saya yakin bahwa Peserta Lomba Kaligrafi dimanapun berada mereka tidak berniat mencari uang sebagai hadiahnya. Tapi "mbok ya" hadiahnya minimal pantas untuk mengapresiasi dan memberikan semangat agar bisa lebih berkembang. Ini kan ironi dan menyedihkan. Mengingat Prop.Banten, Jakarta, Jabar, dan seluruh Propinsi di Indonesia memberikan bonus Haji atau umrah bagi yang berhasil juara 1 dalam lomba kaligrafi dan cabang lainnya. Cuma Jateng saja yang loyo.
Tetapi bisa jadi karena LPTQ Jateng ingin para Peserta lomba kaligrafi dan cabang lainnya bisa menjadi kader yang "ikhlas", ikhlas dalam bermusabaqoh tanpa harus berfikir sedikitpun tentang uang dan dunia. Jika memang inilah yang dikehendaki LPTQ Jateng untuk para peserta MTQ Jawa Tengah berarti LPTQ Jawa Tengah betul - betul mulia hatinya.
Sangat realistis memang, setiap Santri dan Kader PSKQ Modern berhak memilih apakah fokus belajar dengan hanya mengikuti event lomba kaligrafi atau memilih berbisnis dan mendirikan sanggar agar dapurnya tetap bisa "ngebul".
Inilah yang juga dilakukan oleh Sdr. Ahmad Rifai. Tidak mudah melewati pahitnya belajar hingga berhasil seperti sekarang ini. Sukses menaburkan ombak kaligrafi di Indonesia. Meskipun Rifai terbilang "Anak Singkong" atau anak "ndeso". Tetapi hal itu justru membuat ia semakin semangat dengan kesuksesan yang diraihnya saat ini.
Sejak di Pskq Modern Kudus Jateng, Rifai begitu panggilan akrabnya, memilih jalan yang mungkin kontoversi. Disaat semua remaja seusianya bekerja di proyek bangunan, atau kuliyah ia justru fokus mendalami Kaligrafi di PSKQ Modern. Saya bahkan menggratiskan seluruhnya beaya SPP, dan pendaftaran khusus untuk Santri-Santri PSKQ Modern yang berasal dari Kudus juga memberikan fasilias makan dan lainnya kepada Rifai dan lainnya yang berasal dari Kudus. Bukan tanpa alasan, Ini saya lakukan untuk terus mengkader calon -calon Seniman Muslim yang asli dari Kudus, karena mengingat banyak Santri PSKQ Modern yang justru berasal dari luar Jawa Tengah.
Meskipun saat itu saya hanya pengangguran hanya mengandalkan sebagai Guru Kaligrafi, belum terjun dan berbisnis melayani jasa kaligrafi diseluruh Indonesia seperti saat sekarang ini. Masa -masa yang sangat sulit secara ekonomi bagi saya dimana saya harus "mikirin" bagaimana Santri bisa belajar dengan ringan dengan memberikan fasilas secara gratis. Tentunya ini tidak lepas dari perjuangan keras saya dan dorongan dari Ummi Anik Ardiani yang luar biasa, ibu dari anak saya Divani Bilqyz dan Sulthan Katiby Al Hakim. Perjuangan yang semoga tanpa pamrih. Tentu hanya Allah yang tahu.
Harus saya bayar dengan mahal untuk bisa mengkader, menelurkan bibit -bibit dan tunas -tunas Kaligrafer dan Seniman baru. Semuanya terbayar sudah dengan berhasil mencetak mereka para Santri dan Kader PSKQ Modern dan hanya bisa bangga dan mensyukuri semuanya sebagai nikmat dan karunia Allah semata. Mereka sukses dengan profesinya sebagai Seniman Kaligrafi Islam dan Pengusaha Kaligrafi.
Rifai melakukan gebrakan -gebrakan karya kaligrafi dengan mengolah konsep kaligrafi dekorasi Masjid dengan gaya klasik dan modern dengan memadukan konsep batik dan kadang juga mengawinkan konsep -konsep Seni Rupa Modern. Karya -karyanya khas, berkarakter dan kembut warnanya selembut kepribadiannya.
Banyak karya -karya Kaligrafinya yang menghiasi Masjid dan Musholla di Indonesia, mulai dari Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan dan lainnya. Ratusan karya lukisan dan cenderamata kaligrafi dikoleksi banyak orang dari pejabat dan lainnya.
Tidak berlebihan jika saya menyebut Desa Undaan sebagai "Kampung Kaligrafi Indonesia". Selain berdiri PSKQ Modern juga banyak kader dan Santri Alumni PSKQ yang mendirikan sanggar-sanggar kaligrafi dengan berprinsip "fastabiqu al khairaat".
Bukan bersaing, bukan untuk bisa disebut unggul, tetapi Sanggar -sanggar yang ada menjadi saling asah, asih dan asuh dan makin terus menebarkan virus-virus kemanfaatan di nusantara ini.
Semoga debur ombak kaligrafimu terus meliuk -liuk dan menari -nari indah dimanapun berada Mas Rifa'i, Amiiiin.
0 komentar:
Posting Komentar