Assiry gombal mukiyo, 30 September 2016
Entah
dari mana seekor tikus curut itu mendapatkan ilham agar bisa ngumpet dan
bersembunyi ditempat yang dianggapnya hangat dan nyaman itu ( baca: goa
perempuan). Jika Ikan Paus mendapatkan perintah langsung dari Allah
untuk menelan hidup -hidup Nabiyullah Yunus As. Apakah Tikus curut itu
juga demikian?
Prinsip dasar bangsa manusia bahwa melakukan apapun tidak boleh tanggung -tanggung, mungkin hal ini juga dikenal oleh bangsa binatang. Jika kita memahami firman Allah dalam Surat Al Baqarah 208 "Udkhuluu fissilmi kaffah", yang mengandung makna sangat luas bukan hanya kepada anjuran untuk memeluk agama Islam secara menyeluruh/Kaffah. Tetapi juga memasuki dimensi apa saja juga tidak boleh setengah -setengah.
Udkhuluu fissilmi kaffah berarti “Masuklah kedalam Islam secara menyeluruh” (Enter into Islam completely). Jangan pilih-pilih dan jangan setengah hati. Ayat ini enak diucapkan dengan lidah dan siap pakai untuk mengingatkan mereka yang solat tapi tidak puasa, rajin jum’atan tapi tidak pernah solat lima waktu. Rajin mengaji tapi tidak pernah berhenti menggosip dan menggunjing. Bukankah banyak –atau kebanyakan- orang taat beribadah karena takut akan kematian? Selagi kematian masih jauh mengapa harus buru-buru, tunggu nanti saja kalau sudah dekat-dekat ‘jatuh tempo’. Takut akan kematian memang merupakan alasan yang manusiawi untuk mentaati perintah agama.
Menyeluruh/kaffah itu juga bisa diberi contoh misalnya saya yang memilih bidang kaligrafi. Saya terus belajar bahkan sampai matipun saya akan terus belajar karena tidak mau tanggung. Jadi Udkhulu fissilmi kaffah bisa diterjemahkan secara umum agar kita masuk ke tempat yang aman secara total, menjadi apapun juga harus total. Jadi pelukis Kaligrafi dan apapun itu tidak diperkenankan secara tanggung apalagi coba -coba atau setengah -setengah.
Apakah hal ini difahami seekor tikus curut dengan pemahamannya yang seperti itu? Saya juga tidak bisa bertanya dan komunikasi langsung dengan Tikus tersebut, kenapa kok masuk lubang itu. Yang jelas karena saya tidak memilki ilmu Nabi Sulaeman yang bisa ngobrol dan berbicara dengan bahasa binatang.
Sehingga menurut logika bangsa manusia perilaku tikus ini sungguh sangat terlalu. Bahkan teman saya Irfan Ali tukan Sate tetangga saya yang kebetulan membaca berita ini nyeletuk " Ini tikus bener -bener kelewatan, benar -benar ngga memilki sopan santun dan perikehewanan masak masuk lubang sembarangan!."
Saya yang disebelahnya ngakak sambil mbacot "Namanya juga tikus yang bisanya cuma "ngrikiti" bangku sekolahan tapi ngga mau sekolah, Mungkin tikus itu mengira lubang rumahnya, karena tikus hanya mengenal tempatnya dari bau dan beceknya, yahh dimasukin !".....
"Haahhaaa" Irfan Ali yang disebelah saya tertawa sambil kelesodan.
0 komentar:
Posting Komentar