Assiry gombal mukiyo, 09 September 2016
Fenomena hadirnya internet atau medsos menjadi ladang yang paling subur bagi Hatters untuk menanam dan terus menabur benih -benih kebencian. Mereka tidak segan menanan pohon pergunjingan, menumbuhkan suburnya kebencian yang membuahkan permusuhan, perdebatan yang saling menjatuhkan satu sama lainnya. Entah itu membawa nama pribadi, pacar, keluarga, saudara, tetangga, negara bahkan juga agama ikut menjadi bahan pergunjingan dan permusuhan.
Tidak sedikit diantara kita lebih mudah menyimpulkan sesuatu yang baru didengar dan belum tahu kebenaran pastinya tentang sebuah persoalan tertetu lantas buru -buru dan tergesa memutuskan dan menilainya tanpa menimbang dan melakukan " tabayyun" atau penjelasan dari berbagai sumber dan bukti.
Lha wong karena Suaminya pergi keluar rumah pakai sarung dan ngga pakai celana dalam misalnya kemudian menjadi masalah krusial hingga menimbulkan prasangka perselingkuhan sehingga berujung perceraian. Ini kan ngga seru. Ngga pakai otak dan etika yang bijak.
Sudah kita ketahui bahwa Haters adalah kumpulan orang-orang iri, sakit hati, dan kurang percaya diri. Dia selalu envy sama kehidupan orang lain, ada yang bilang hatters itu selalu sirik kalau melihat orang lain bahagia. Haters mempunyai banyak cara untuk menjelek-jelekan lawannya, mulai dari menyindir dan juga memfitnah. Yang pasti haters itu orang yang kurang kerjaan dan selalu rindu dan usil dengan kehidupan orang lain.
Coba lihat di medsos ribuan orang menghujat, menyumpahi, mengutuk mengeluarkan sumpah serapah seenaknya sendiri. Saya ikut prihatin dengan etika dari penghuni bangsa yang besar ini. Dua hari terakhir ini contohnya Pak Mario Teguh yang ngetop dengan kata -kata Supernya pun juga menjadi sasaran kekejaman para Hatters ini. Pak Mario dicap "Bapak biadab" karena tidak mengakui Ario Kiswinar atau akrab dipanggil Kis sebagai anaknya. Saya ko jadi lucu. Ini sebenarnya masalah keluarga tapi kenapa menjadi masalah nasional. Mulai dari anak SMP sampai artis geger ikut -ikutan mencemooh dan mempergunjingkan Pak Mario. Atau kasus "Kopi Jessica" yang konon menghabisi nyawa Mirna. Beginilah kelucuan dan kegemilangan prestasi negeri ini bahkan 4 stasiun TV Nasional ikut menyiarkan siaran sidang kasus mirna itu di Pengadilan secara live. Sebegitu pentingkah seorang Mirna atau Jessica sehingga bangsa ini dari mulai balita hingga lanjut usia dipaksa untuk menonton acara yang nyata-nyata memang ngga penting?
Dalam persoalan Pak Mario misalnya, Mbok ya kita mestinya ikut mendoakan masalah Pak Mario dan Kis yang mengaku anaknya tersebut selesai dengan baik, bukan menggonggongi Pak Mario dengan menganjingkannya, menuding dengan keji, menuduh, mengumpat dan memaki dengan kata -kata sampah yang kotor.
Kita sebagai manusia biasa memang mempunyai banyak kekurangan dan juga sering melakukan kesalahan. Karena pada dasarnya manusia itu bukan makhluk yang sempurna kan? Tapi Haters selalu saja melihat kekurangan kita sebagai hal yang sangat fatal dan nggak ragu-ragu dia mengumbar aib kita ke orang lain. Walaupun kita sudah berusaha sebaik mungkin, dia akan selalu mencari celah untuk menjatuhkan. Karena dimata dia kita memang selalu salah, maka dari itu semua hal yang kita lakukan ya nggak akan pernah ada benarnya. Ini kan fatal dan ngga adil.
Pengen terlihat sempurna dan benar tetapi dengan cara yang salah yaitu dengan menjatuhkan serta menjelek-jelekan orang lain. Haters juga bisa disebut fans yang sakit hati. Yang pasti dia nggak bakalan lebih maju dan baik dari kita. karena terlalu fokus dengan kekurangan orang lain, dia lupa bahwa dirinya sendiri pun banyak kelemahan.
Ini bukan soal baik atau buruk. Jika dilihat dari sudut pandang estetika saja ngga indah kok perilaku para Hatters ini apalagi jika memakai kaca mata etika. Jika ada seorang Motivator/Guru, yang salah misalnya, yah sudah seharusnya kita ambil sisi baiknya/ilmunya. Toh apa yang selalu dikatakan oleh Pak Mario itu adalah benar dan hal itu menjadi ilmu bagi kita smua. Jangan sampai seperti adagium "tinta setitik merusak susu sebelanga", kebaikan yang bertahun -tahun musnah seketika hanya karena kesalahan sedikit saja. Padahal belum tentu dalam persoalan tersebut Pak Mario bersalah. Karena belum terbukti secara hukum dan belum test DNA bahwa ia sebagai Bapak biologisnya Kis.
Biar Test DNA dan orang -orang yang berkepentingan yang akan membuktikan kebenaran atas apa yang disampaikan Kis maupun Pak Mario. Kita tidak berhak nenghujat apalagi mengebiri kehormatan dan kewibawaan mereka berdua hanya karena kita pro atau kontra.
Kita juga bukan Tuhan yang menghakimi oang apalagi ini belum terbukti secara DNA, Kis ini juga baru menunjukkan bukti administratif dan ini sepihak.
Coba kita fikir kenapa semuanya seakan-akan mengambil wewenang dan hak prerogratif Tuhan & mnghakiminya. Mari kita yang cuma sekadar sebagai pengamat menjadikan semuanya pelajaran untuk kita ambil sisi positifnya.
Tuhan yang akan menghitung setiap langkah dan laku hidup kita. Yang sekecil biji dzarrah saja Tuhan pasti menghitungnya apalagi jika besarnya, sebesar biji "anumu".
0 komentar:
Posting Komentar