Assiry gombal mukiyo,17 Agustus 2013
kalau merdeka dari gempuran pesawat, tank, mesiu dan meriam, indonesia telah merdeka .Tank ,mesiu dan dentuman meriam kini berubah mnjadi lebih ganas dari kejamnya rodi dan romusha .Dia mnjelma mnjadi penjajahan budaya,moral,ekonomi,politik dan kebebasan beragama atau apapun itu.
Bahkan untuk beol saja kita tidak pernah merasa merdeka. WC dan toilet begitu mahalnya. untuk buang kentut dan kencing saja perlu uang.untuk hidup di indonesia yang jelas belum bisa mnjamin kesejahteraan rakyatnya kita perlu membayar pajak.Pemerintah tidak malu untuk menarik upeti yang berwajah pajak sedangkan rakyatnya tak merasakan kesejahteraan apa-apa.
Pajak parkir dimanapun tempatnya bisa juga depan rumahmu sendiri, atau parkir di rumah pacarmu. Jika memang bangsa kita merdeka kenapa nun jauh di polewalimandar ratusan ibu-ibu tinggal dikandang kambing? Bukankah mereka adalah saudara kita sebangsa dan setanah air? Lihat di sudut -sudut desa yang kumuh terdapat jutaan anak terlantar dan mengidap busung lapar. Padahal dalam negeri binatang, seekor ayam belum pernah ada yang kelaparan. Saya sendiri belum pernah mndengar seekor anak kambing yang terkena busung lapar atau anjing yang tidak kebagian jatah sarapan .
Entah berapa juta TKI kita tercekik lehernya bahkan hanya memeras keringat dan membuangnya sia-sia tanpa gaji apapun. Jangan salahkan jika seorang permpuan didaerahnya yang tandus kemudian melacur untuk menyambung nyawa anak-anaknya. Inilah yang disebut dosa struktural .
Hukum negeri ini adalah hukum yang tidak punya nurani bahkan sudah picek matanya. Seorang nenek yang mncuri 3 buah kakao, kemudian harus dipenjara atas laporan anknya sendiri. Sedangkan bnyak kasus mega korupsi hilang raip disulap hanya dengan mantra" kongkalikong siapa nyolong pasti plong".
Jika bangsa ini merdeka kenapa sebesar -besarnya kekayaan tanah air ini di raup oleh asing?
Wahai garuda ayo bangkit dan terbanglah dengan 17 helai sayap dan 8 helai ekormu, angka hari kemerdekaan 17 Agustus 1945. Andaikanpun Indonesia merdeka pada tanggal 1 bulan 1, ia tetap jagoan dan sanggup terbang dengan sayap sehelai. Bangsa tertangguh di muka bumi ini, sanggup bergembira dalam derita, mampu melangkah pasti di jalan ketidakpastian, ringan tertawa di kurungan rasa bingung dan sengsara.
Bangsa yang juara atas hidupnya sendiri tanpa negara pun rakyatnya tetap hidup dan bisa mengatur kesejahteraannya sendiri. Warga negara miskin tapi antre naik haji menunggu 10 tahun lebih, tanpa pernah menawar berapa pun biayanya. Bahkan membayar di muka, tanpa peduli ke mana bunganya.
Di Tanah Suci, mereka sowan kepada Kanjeng Nabi dan mendengarkan petuah para arwah korban kerusuhan dan pertiakaian di mesir ''Wahai bangsa Indonesia, jangan katakan kepada Tuhan bahwa kalian punya masalah, tetapi nyatakan kepada masalah bahwa kamu punya Tuhan."
Meskipun mereka bngsa para nabi tapi tak sanggup mengatur dan mngatasi ego dan tak mampu mnahan diri hanya karena rebutan kekuasaan. Bangsa Indonesia punya banyak senjata untuk melawan kejatuhan dan siaga menyelenggarakan kebangkitan. Mereka menantang kehidupan yang tidak rasional dan penuh kemustahilan dengan "bismillah". Atas nafkah tidak mencukupi mereka bilang "tawakal". Didera keadaan serba-kekurangan terus-menerus mereka ladeni dengan "tirakat" dan keyakinan bahwa ''ayam saja dikasih rezeki oleh Allah''.
Ditipu habis oleh penguasa,dikeruk semua kekayaan bangsa ini lebih dari setengah abad sampai sekarang, cukup mereka tepis dengan ''Tuhan tidak pernah tidur''. Usaha gagal, dagang bangkrut, perhatian terhadap seni semakin loyo dan impoten apalagi ko sampai mikir perkembangan kaligrafi. Tapi mereka layani dengan "istiqamah" dan tetap"ikhtiyar".
Pajak parkir dimanapun tempatnya bisa juga depan rumahmu sendiri, atau parkir di rumah pacarmu. Jika memang bangsa kita merdeka kenapa nun jauh di polewalimandar ratusan ibu-ibu tinggal dikandang kambing? Bukankah mereka adalah saudara kita sebangsa dan setanah air? Lihat di sudut -sudut desa yang kumuh terdapat jutaan anak terlantar dan mengidap busung lapar. Padahal dalam negeri binatang, seekor ayam belum pernah ada yang kelaparan. Saya sendiri belum pernah mndengar seekor anak kambing yang terkena busung lapar atau anjing yang tidak kebagian jatah sarapan .
Entah berapa juta TKI kita tercekik lehernya bahkan hanya memeras keringat dan membuangnya sia-sia tanpa gaji apapun. Jangan salahkan jika seorang permpuan didaerahnya yang tandus kemudian melacur untuk menyambung nyawa anak-anaknya. Inilah yang disebut dosa struktural .
Hukum negeri ini adalah hukum yang tidak punya nurani bahkan sudah picek matanya. Seorang nenek yang mncuri 3 buah kakao, kemudian harus dipenjara atas laporan anknya sendiri. Sedangkan bnyak kasus mega korupsi hilang raip disulap hanya dengan mantra" kongkalikong siapa nyolong pasti plong".
Jika bangsa ini merdeka kenapa sebesar -besarnya kekayaan tanah air ini di raup oleh asing?
Wahai garuda ayo bangkit dan terbanglah dengan 17 helai sayap dan 8 helai ekormu, angka hari kemerdekaan 17 Agustus 1945. Andaikanpun Indonesia merdeka pada tanggal 1 bulan 1, ia tetap jagoan dan sanggup terbang dengan sayap sehelai. Bangsa tertangguh di muka bumi ini, sanggup bergembira dalam derita, mampu melangkah pasti di jalan ketidakpastian, ringan tertawa di kurungan rasa bingung dan sengsara.
Bangsa yang juara atas hidupnya sendiri tanpa negara pun rakyatnya tetap hidup dan bisa mengatur kesejahteraannya sendiri. Warga negara miskin tapi antre naik haji menunggu 10 tahun lebih, tanpa pernah menawar berapa pun biayanya. Bahkan membayar di muka, tanpa peduli ke mana bunganya.
Di Tanah Suci, mereka sowan kepada Kanjeng Nabi dan mendengarkan petuah para arwah korban kerusuhan dan pertiakaian di mesir ''Wahai bangsa Indonesia, jangan katakan kepada Tuhan bahwa kalian punya masalah, tetapi nyatakan kepada masalah bahwa kamu punya Tuhan."
Meskipun mereka bngsa para nabi tapi tak sanggup mengatur dan mngatasi ego dan tak mampu mnahan diri hanya karena rebutan kekuasaan. Bangsa Indonesia punya banyak senjata untuk melawan kejatuhan dan siaga menyelenggarakan kebangkitan. Mereka menantang kehidupan yang tidak rasional dan penuh kemustahilan dengan "bismillah". Atas nafkah tidak mencukupi mereka bilang "tawakal". Didera keadaan serba-kekurangan terus-menerus mereka ladeni dengan "tirakat" dan keyakinan bahwa ''ayam saja dikasih rezeki oleh Allah''.
Ditipu habis oleh penguasa,dikeruk semua kekayaan bangsa ini lebih dari setengah abad sampai sekarang, cukup mereka tepis dengan ''Tuhan tidak pernah tidur''. Usaha gagal, dagang bangkrut, perhatian terhadap seni semakin loyo dan impoten apalagi ko sampai mikir perkembangan kaligrafi. Tapi mereka layani dengan "istiqamah" dan tetap"ikhtiyar".
0 komentar:
Posting Komentar